HERPES GENITALI
Feni Ermawati
1. Pengertin Herpes Genitali
Herpes
Genitali adalah infeksi akut (STD=sexually transmitted disease), yang
disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (terutama HSV=Herpes Simplex Virus type
II), ditandai dengan timbulnya vesikula (vesikel = peninggian kulit berbatas
tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapat pecah menimbulkan erosi kayak
koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas
dasar kulit yang berwarna kemerahan.
Saat
ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua
herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus
Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh
kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah herpes simpleks, yang disebabkan
oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di
sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian
pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya
hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut
dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
2. Infeksi
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi dapat
berupa episode I infeksi primer (pertama kali terjadi pada dirinya), episode I non
primer, infeksi rekurens (ulangan), asimtomatik atau tidak ada infeksi sama
sekali. Pada episode I infeksi primer, virus dari luar masuk ke dalam tubuh
hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Pada
episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum
menimbulkan gejala klinis. Pada keadaan ini tubuh sudah membentuk antibody
sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan yang terjadi tidak
seberat episode I dengan infeksi primer. Sedangkan infeksi rekurens terjadi
apabila HSV yang sudah ada dalam tubuh seseorang aktif kembali dan menggandakan
diri. Hal ini terjadi karena adanya factor pencetus, yaitu berupa trauma
(luka), hubbungan seksual yang berlebihan, demam, gangguan alat pencernaan,
stress, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol serta obat-obatan yang
menurunkan kekebalan tubuh seperti misalnya pada penderita kanker yang
mengalami kemoterapi.
3. Gejala
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7
hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak,
terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada
awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada
daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan merasakan
gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri
otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian
kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran
sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan
luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya
membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada
pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar
kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada
wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes
genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora,
klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu
sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
4. Penularan
dan Pencegahannya
Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit,
ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa
terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada
gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif.
Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual.
Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga
dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini
ke pasangannya. Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan kematian
pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, karena
selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun
sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati besar kemungkinan
akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi rekuren (ulangan)
hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami
atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis perlu
melakukan proteksi individual dengan cara menggunakan dua macam alat perintang,
yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan kondom. Spermicidal foam
mampu mematikan virus, sedangkan kondom berfungsi untuk menghambat atau
mengurangi masuknya virus. Sementara itu si pengidap harus berusaha
menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang sudah diungkapkan di atas. Yang
juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang mengidap HSV kepada bayi yang
dikandung/dilahirkannya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I
kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trimester II
bisa terjadi kelahiran prematur. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes
genitalis dapat menderita kelainan yang sangat beragam, mulai dari hepatitis,
ensefalitis bahkan bisa lahir dalam keadaan mati.
Selain
pencegahan terhadap penularan serta menghindari faktor pencetus bagi penderita,
yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi kejiwaan bagi penderita herpes
genitalis ini. Anggapan bahwa herpes adalah penyakit kotor, tidak dapat
disembuhkan, menular dengan mudah, dll, membuat orang yang terkena herpes akan
malu dan takut melakukan pemeriksaan dan berobat. Padahal apabila pengobatan
dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini lebih bisa dikendalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar